Mei 15, 2018

Terorisme dan Stigma Terhadap Janggut dan Cadar

Buku
Buku. Foto: Unsplash

Fenomena aksi terorisme yang ramai diberitakan sekarang, ditemukan bahwa pelaku pengeboman semuanya beralaskan dan beridentitas Islam. Pandangan tentang Islam, mungkin, bagi saya tidak akan membuat stigma tentang Islam menjadi lebih buruk.

Toh, di luar sana banyak kampanye yang mengatakan kalau aksi terorisme tidak punya Agama. Tidak ada Agama yang mendukung aksi biadab tersebut. Khususnya di Indonesia, agaknya kampanye tersebut bisa diterima oleh kaum awam. Justru, yang sulit diredam saat ini adalah pandangan kaum awam yang terus mengalir terhadap kebebasan beragama umat muslim.

Terutama yang menggunakan cadar dan berperawakan janggut. Memang bukan hal baru, tetapi kekhawatiran tentang kebebasan ini penting saat stigma kaum awam yang beriringan menyeruak ke puncak ketika didapati dua perempuan bercadar melakukan aksi terorisme di Mako Brimob, beberapa hari lalu. Merunut berita, dua wanita bercadar tersebut ditangkap Polisi karena memperlihatkan tingkah aneh. Diduga kedua wanita itu sudah berencana melakukan penusukan terhadap anggota Brimob di Mako Brimob pasca peristiwa kerusuhan 8-10 Mei kemarin.

Di sosial media contohnya, baru-baru ini saya kerap mendapati cemohan warganet terhadap mereka yang bercadar, komentar-komentar tersebut paling banyak berisi tentang mereka yang semakin takut ketika bertemu dengan orang-orang yang bercadar dan berjanggut. Kedepannya, jangan heran jika orang-orang yang memakai cadar dan janggutan mendapat sikap intimidasi, dan diskriminatif.

Agar hal ini tidak terjadi, yang harus dipahami dari sekarang adalah: esensi dalam beragama, khususnya Islam yang berpedoman dari Al-Qur'an dan Al-Hadist. Pahami bahwa Cadar dan Janggut itu bagian dari perintah Islam. Kemudian memahami bahwa hakikat terorisme itu datang bukan dari agama manapun, bentuk pakaian apapun, dan perawakan bagaimanapun.

Oleh sebab itu, mulai sekarang jangan memenjarakan diri sendiri dengan stigma tanpa mencari tahu informasi yang banyak tentang sasaran objek yang justru menjadikan dalih sendiri. Lantas, barangkali ketika bertemu dengan orang-orang awam seperti itu, hal pertama yang harus kita lakukan yaitu meyakinkan bahwa Islam adalah Agama yang damai, toleran dan cadar maupun janggut jadi bagian dari Islam itu sendiri.

Terakhir, bukan cuma teroris, yang perlu ditekankan adalah stigma tentang Islam serta hal-hal yang berkaitan dengan Islam juga harus dilawan. Stigma berasal dari skeptisisme, sikap skeptis tidak lebih parah dari sikap pembenci (hater), hanya saja mereka kurang pemahaman lebih terhadap objek yang menjadi penilaian mereka. Jangan menjadi apatis, maka dari itu mulai hari ini, selain teroris yang menjadi musuh nyata kita bersama, kita juga punya tugas merubah perspektif orang terhadap janggut, cadar atau apapun itu yang beralaskan Islam bahwa semua itu bukan identitas teroris.

Bisa ditemukan melalui akun Twitter @loblogdeubin

Comments


EmoticonEmoticon